9.24.2006

Budaya Gaul tuk Anak Muda

Orang bilang, kalo tahun ini rambut kita ngga segimbal Lenny Kravitz, maka kita ngga gaul. Kalo ngga gape main winning eleven atau ngga jago memainkan si Lara Croft kita bukan anak gaul, bahkan kalo seumur-umur kita belum pernah nginjek diskotik & pub, kita super ngga gaul, kacida (kata urang bandung mah). Menjadi anak gaul seolah menjadi impian setiap anak remaja, rasanya kita begitu save dan enjoy pergi kemana-mana kalo kita punya label gaul, ke sekolah ok, ke mall asyik, beredar di jalanan pun ok aja lagi.

Pokoknya kalo kita punya merk anak gaul, yang lain minggiiirrr! Sayangnya, banyak yang menafsirkan sosok anak gaul dengan tafsiran yang dangkal dan agak ganjil. Anak SD sekarang malu kalo belum merokok, disangka ngga gaul, anak SMP “fastabiqul” ngumpulin koleksi artis-artis idolanya ala Westlife, Greenday, dll. Malu kalo temannya main ke kamarnya ngga ada foto si Bryan atau si Sean. Anak SMU malu abis kalo masih jomblo dan ngga tau trik-trik menarik perhatian. Anak mahasiswa apalagi, banyak yang sudah ngga malu kalo sudah ngga virgin lagi. Iih ngeri yah, masa sih anak gaul mesti seperti itu? Apa bener anak gaul mesti punya ciri-ciri kayak yang diceritakan tadi? Sobat muda yang shaleh dan tetap ceria, coba deh kita tengok lagi kamus bahasa Indonesia kita, di sana jelas dikatakan bergaul artinya bercampur, berbaur, bermasyarakat.

Bahkan menurut kamus bahasa gaul sendiri, bergaul itu artinya supel, pandai berteman, nyambung diajak ngomong, periang, cerdas, dan serba tau info-info yang aktual, tajam dan terpercaya alias luwes wawasan. Jadi, ngga tepat dong kalo label anak gaul hanya diberikan kepada mereka-mereka yang punya puber, berpenampilan supergirl, makannya burger tapi kerjaannya cuma udar-ider.

Dan kayaknya lebih cocok kalo label anak gaul itu, buat sobat muda yang cerdas, luwes dan berwawasan luas, kalem, berpenampilan adem, jiwanya tentrem, kerjanya baca buku sampe malem dan hobinya shalat malem, plus ngga ketinggalan anak gaul itu mesti rame tapi ngga bikin rese. Sepakat??? Lawan dari gaul adalah “kuper” alias kurang pergaulan. Sobat, dulu orang gampang aja ngecap seseorang itu anak gaul atau kuper. Kalo anaknya hip-hip hura kemana-mana bawa ganknya, penampilan nyentrik walau ngga komplit Nokia N-gage terbaru di tangan, ke kampus bawa kodok VW teranyar, itu anak gaul. Sebaliknya, kalo anaknya pendiam, pemalu, lugu, penampilan alakadarnya pokona mah ngolot lah, itu jelas anak kuper bahkan sebagian orang kerap mengidentikkan kekuperan dengan jilbab dan peci, “nyantri”, yang mojok di pinggiran keramaian kota. Astaghfirullahal adzim.Tapi jangan khawatir sobat muda, sekarang skornya jadi

1 : 1 ketika ternyata di sekolah-sekolah favorit, di kampus-kampus bonafid, di perumahan-perumahan elit bahkan di kursi-kursi eksekutif mereka berpenampilan nyantri, bahkan skornya berbalik menjadi

1 : 2 saat sosok-sosok juara kelas dan siswa teladan, ketua senat pembela aspirasi umat, teknokrat yang taat, ilmuwan yang penuh pemahaman, hartawan yang dermawan, dan dokter yang berakhlak mulia, menjelma menjadi sosok gaul yang berbaur dengan masyarakat dan membawa rahmat bagi mereka. Wah seru ya jadi anak gaul yang dicintai kerabat, sahabat dan masyarakat di dunia dan akhirat. Hidup dengan enak tapi tidak seenaknya. Gimana caranya??? Gini deh

Pertama, kuasai informasi
Filsafat modern mengatakan siapa yang menguasai informasi dialah yang menguasai dunia. Sobat, ingatlah di dunia ini hanya ada dua pilihan, dipengaruhi atau mempengaruhi. Jadilah Mr. Info yang serba tau dan jangan pernah ketinggalan berita-berita terkini dan tercanggih, sehingga kalo temen kamu butuh info sesuatu, pastikan bertanya sama kamu dan mendapat jawaban yang memuaskan. Jangan kalah sama mereka yang otaknya dijejali dengan menghapal seleb-seleb yang sama zodiaknya, lagu-lagu teranyar yang dirilis boys-band favoritnya, dll. Kalo sudah jadi Mr. Info, insya Allah ngga bakalan ada orang yang berani ngecap kamu kuper. Tapi ingat, tidak semua yang kita tau harus kita lakoni.

Kedua, harus ada nilai plus kesalehan.
Salah satu indikator dari kesalehan adalah baik budi pekerti/akhlak. Ngga ada cerita orang yang ngga suka sama anak shaleh. Anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua, semuanya suka anak yang berbudi pekerti baik. Bukankah ketika Rasul ditanya oleh para sahabat, siapakah yang di antara hamba Allah yang paling dicintai Allah, beliau menjawab, “Yang terbaik budi pekertinya”. (At-Thabrani).

Ketiga, milikilah sahabat sejati.
Sebuah hikmah menyatakan manusia itu ibarat satu sayap yang tidak dapat terbang tanpa sayap yang satunya, dan di sanalah peranan seorang teman sejati yang mengokohkan kita saat kita oleng, yang mengingatkan kita saat kita khilaf, yang menuntun kita saat kita buta. Teman sejati inilah yang tidak dimiliki oleh anak-anak gaul yang meninggal dengan tragis akibat over dosis karena obat yang diberikan “sohib” karibnya. Teman sejati juga tidak dapat dimiliki dalam kehidupan tak bernorma ala homo homini lupus, siapa yang kuat dia yang dapat, ambil kesempatan urusan belakangan, sehingga timbullah makhluk-makhluk selingkuh, khianat dan munafik. Itulah akibatnya kalo kita salah pilih teman kepercayaan, kita merasa ditusuk dari belakang, sakit sekali dan di akhirat kita bisa gigit jari.Keempat, kalo sudah punya teman sejati sebagai pegangan, berlakulah seperti ikan di laut yang hidup di air asin tapi tubuhnya tidak berasa asin. Jangan menutup diri, berbaurlah, tapi jangan lebur. Ingat pesan Rasul, “Orang mukmin yang bergaul dengan orang lain dan tabah menghadapi gangguan mereka lebih baik daripada orang mukmin yang tidak bergaul dengan orang lain dan tidak tabah menghadapi gangguan mereka (At-Tirmidzi). Bukankah shalat berjamaah lebih utama daripada sendirian? Bukankah amal jama’i lebih mengesankan daripada amal sendirian? Dan bukankah sabda Rasul, “ Orang yang paling baik adalah orang yang paling banyak manfaatnya untuk manusia”.

Bila seorang istri khufur

Sebuah pertanyaan penting yang harus diketahui jawabannya oleh para istri maupun ibu sebagai pendidik dan juga ukhti muslimah lainnya yang sedang mempersiapkan diri menuju gerbang pernikahan,…tulisan dibawah ini selayaknya menjadi bahan renungan bagi kita bersama …..Wahai ukhti muslimah,..wahai para istri yang sedang membina biduk rumah tangga bersama suami tercinta,…tentunya engkau sangat ingin dijuluki sebagai simpanan yang paling baik diatas muka bumi ini sebagaimana yang Rasulullah sabdakan: “Ingatlah, bagaimana jika kuberitahukan kepadamu simpanan yang paling baik bagi seseorang? Yaitu wanita shalihah, jika suami memandangnya, maka dia membuatnya senang, jika suami menyuruhnya maka dia menaatinya dan jika suami tidak ada disisinya maka dia menjaganya “(HR.Abu Dawud) Alangkah berbahagianya seorang suami bila mendapati istrinya termasuk seorang wanita shalihah karena ia adalah sebaik-baik perhiasan diatas muka bumi.

Perhiasan yang tidak ternilai. Dan juga betapa bahagianya sang istri bila mendapati suaminya yang ia cintai senang terhadap dirinya dan meredhainya karena dengan keridhoan suaminya itu maka apabila ia mati tidak ada balasan yang terbaik baginya melainkan surga Allah yang seluas langit dan bumi dimana ia bisa memasukinya dari pintu manapun yang ia kehendakinya. Coba ukhti simak hadits berikut dibawah ini : Dari Ummu Salamah Radhiyallahu anha, dia bercerita,

Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda : “Wanita mana saja yang meninggal sedang suaminya meridhainya maka akan masuk surga” (HR.Ibnu Majah,Tirmidzi, dan Hakim, Dan Al-Hakim mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih) Sabda Beliau yang lainnya: “Apabila seorang wanita telah menunaikan shalat lima waktu, dan berpuasa bulan Ramadhan, senantiasa mentaati suaminya, menjaga kemaluannya, niscaya akan dikatakan kepadanya, ”masuklah kamu kedalam surga dari pintu mana saja yang kamu kehendaki” (HR.Imam Ahmad dan Nasa’i. Semua perawi hadits ini tsiqah)Karena itu tidak boleh hilang dari benak kita bahwa memahami ajaran agama yang lurus ini dengan kesadaran dan ketaatan kepada suami merupakan bagian yang dapat memasukkan seorang wanita muslimah ke dalam surga.

Akan tetapi kita dapati kenyataan dewasa ini sedikit sekali seorang istri yang taat kepada suaminya dan mensyukuri pemberian suami kepada dirinya (kecuali yang dirahmati Allah). Selalu saja merasa kurang dan tidak cukup. Sehingga suami yang sudah lelah bekerja seharian jarang disambut dengan senyuman mesra karena kecilnya penghasilan sang suami. Dia tidak sadar telah menjerumuskan dirinya dalam bahaya besar yaitu bahwa Allah tidak sudi memandang dirinya akibat dari ketidak peduliannya terhadap rasa syukurnya atas apa yang diberikan suami kepadanya baik nafkah ataupun yang lainnya. Hal ini sebagaimana yang Rasulullah shalallahu alaihi wassalam sabdakan: “Allah tidak akan memandang wanita yang tidak bersyukur kepada suaminya padahal ia butuh kepadanya”(HR.Al-Hakim dalam Mustadraknya, beliau mengatakan isnad hadits ini adalah shahih)Hendaklah seorang istri mengingat hadits diatas dengan baik dalam pikirannya agar ketika ia lupa mengucapkan syukur (terima kasih) kepada suaminya segera beristighfar kepada Allah Ta’ala dan segera mengucapkan ucapan syukur kepada suaminya untuk menghindarkan dirinya dari kemurkaan Allah.

Yang demikian itu karena wanita muslimah yang telah dibekali dengan ilmu agama sadar dan selalu menepati janji dan tidak mengenal kufur terhadap nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadanya karena dia mendapatkan petunjuk dari agamanya yang menyelamatkan dirinya dari kebobrokan moral akhlak wanita-wanita kafir yang tidak pernah mengakui kebaikan-kebaikan yang suami mereka berikan.Ironisnya wanita-wanita muslimah dewasa ini diantara mereka ada yang berperilaku demikian.

Mungkin hadits dibawah ini patut untuk dicamkan, Rasulullah shalallahu alaihi wassalam bersabda: “Pernah diperlihatkan neraka kepadaku, ternyata kebanyakan dari penghuninya adalah wanita yang suka berbuat kufur. Ditanyakan kepada beliau, ”Apakah mereka berbuat kufur terhadap Allah? Beliau menjawab,”Mereka berbuat kufur terhadap keluarga dan kufur terhadap kebaikan. Apabila engkau senantiasa berbuat baik kepada salah seorang diantara mereka lalu mendapatkan perlakuan buruk darimu, niscaya akan mengatakan,”Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikitpun darimu”(Hadits Muttafaq Alaih)Sedangkan dari Asma binti Yazid radhiyallahu anha dia menceritakan: “Rasulullah shalallahu alaihi wassalam pernah berjalan melalui kami sedang kami semuanya adalah wanita, lalu beliau mengucapkan salam kepada kami dan berkata: ’Jauhilah oleh kalian kufur terhadap orang yang berbuat kebaikan’ Lalu kami bertanya “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan kufur terhadap orang-orang yang berbuat kebaikan itu?” Maka beliau menjawab: ”Mungkin salah seorang diantara kalian ada yang lama hidup menjanda bersama orangtuanya, lalu Allah Azza wa Jalla memberikannya seorang suami, darinya dia memberikan harta dan keturunan. Kemudian suatu saat dia marah dan mengatakan, “Aku tidak pernah melihat kebaikan sama sekali darinya meskipun hanya satu hari”(HR.Imam Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits shahih)Hadits-hadits diatas menegaskan tentang kufurnya seorang wanita terhadap kebaikan yang terkandung didalamnya kufur terhadap kenikmatan sekaligus penghinaan terhadap nafkah yang diberikan suami.

Nabi Shalallahu alaihi wassalam telah menerangkan dengan jelas dan baik supaya salah seorang dari wanita-wanita itu tidak ada alasan dihadapan Allah Ta’ala pada saat Dia menanyakan tentang muamalahnya dengan sang suami, “Apakah engkau berbuat baik kepadanya ataukah engkau mengkufuri nikmatnya dan meremehkan pemberian nafkahnya? (1)Jelaslah sudah bagaimana seorang istri bisa menjadi kufur dihadapan Allah.

Hendaklah dari sekarang kita menyadari dan meninggalkan perbuatan tersebut karena hal itu merupakan penyebab disiksanya wanita dineraka pada hari kiamat kelak. Semoga Allah senantiasa menjaga istri-istri muslimah sehingga rumah-rumah mereka dipenuhi dengan cahaya keimanan dan menjadikan mereka termasuk dalam golongan orang-orang yang bersyukur. Amin, karena sesungguhnya sedikit sekali golongan yang bersyukur itu sebagaimana firman-Nya: “Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur”(Saba:13)

Aku rela di poligami

Poligami merupakan syariat Islam yang akan berlaku sepanjang zaman hingga hari akhir. Poligami diperbolehkan dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil diantara para istri, sebagaimana pada ayat yang artinya: “Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat

Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” Berlaku adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya, yaitu dengan memberikan kepada masing-masing istri hak-haknya. Adil disini lawan dari curang, yaitu memberikan kepada seseorang kekurangan hak yang dipunyainya dan mengambil dari yang lain kelebihan hak yang dimilikinya. Jadi adil dapat diartikan persamaan. Berdasarkan hal ini maka adil antar para istri adalah menyamakan hak yang ada pada para istri dalam perkara-perkara yang memungkinkan untuk disamakan di dalamnya. Adil adalah memberikan sesuatu kepada seseorang sesuai dengan haknya.

Apa saja hak seorang istri di dalam poligami? Diantara hak setiap istri dalam poligami adalah sebagai berikut:

A. Memiliki rumah sendiri Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33, yang artinya, “Menetaplah kalian (wahai istri-istri Nabi) di rumah-rumah kalian.” Dalam ayat ini Allah Azza wa Jalla menyebutkan rumah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dalam bentuk jamak, sehingga dapat dipahami bahwa rumah beliau tidak hanya satu. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Aisyah Radhiyallahu 'Anha menceritakan bahwa ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sakit menjelang wafatnya, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya, “Dimana aku besok? Di rumah siapa?’ Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menginginkan di tempat Aisyah Radhiyallahu 'Anha, oleh karena itu istri-istri beliau mengizinkan beliau untuk dirawat di mana saja beliau menginginkannya, maka beliau dirawat di rumah Aisyah sampai beliau wafat di sisi Aisyah. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam meninggal di hari giliran Aisyah. Allah mencabut ruh beliau dalam keadaan kepada beliau bersandar di dada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Ibnu Qudamah rahimahullah menjelaskan dalam kitab Al Mughni bahwasanya tidak pantas seorang suami mengumpulkan dua orang istri dalam satu rumah tanpa ridha dari keduanya. Hal ini dikarenakan dapat menjadikan penyebab kecemburuan dan permusuhan di antara keduanya. Masing-masing istri dimungkinkan untuk mendengar desahan suami yang sedang menggauli istrinya, atau bahkan melihatnya. Namun jika para istri ridha apabila mereka dikumpulkan dalam satu rumah, maka tidaklah mereka. Bahkan jika keduanya ridha jika suami mereka tidur diantara kedua istrinya dalam satu selimut tidak mengapa. Namun seorang suami tidaklah boleh menggauli istri yang satu di hadapan istri yang lainnya meskipun ada keridhaan diantara keduanya. Tidak boleh mengumpulkan para istri dalam satu rumah kecuali dengan ridha mereka juga merupakan pendapat dari Imam Qurthubi di dalam tafsirnya dan Imam Nawawi dalam Al Majmu Syarh Muhadzdzab.

B. Menyamakan para istri dalam masalah giliran Setiap istri harus mendapat jatah giliran yang sama.

Imam Muslim meriwayatkan hadits yang artinya Anas bin Malik menyatakan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam memiliki 9 istri. Kebiasaan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bila menggilir istri-istrinya, beliau mengunjungi semua istrinya dan baru behenti (berakhir) di rumah istri yang mendapat giliran saat itu. Ketika dalam bepergian, jika seorang suami akan mengajak salah seorang istrinya, maka dilakukan undian untuk menentukan siapa yang akan ikut serta dalam perjalanan. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa Aisyah Radhiyallahu 'Anha menyatakan bahwa apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam hendak safar, beliau mengundi di antara para istrinya, siapa yang akan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sertakan dalam safarnya. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam biasa menggilir setiap istrinya pada hari dan malamnya, kecuali Saudah bintu Zam’ah karena jatahnya telah diberikan kepada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Imam Ibnul Qoyyim menjelaskan bahwa seorang suami diperbolehkan untuk masuk ke rumah semua istrinya pada hari giliran salah seorang dari mereka, namun suami tidak boleh menggauli istri yang bukan waktu gilirannya. Seorang istri yang sedang sakit maupun haid tetap mendapat jatah giliran sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, bahwa Aisyah Radhiyallahu 'Anha menyatakan bahwa jika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ingin bermesraan dengan istrinya namun saat itu istri Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sedang haid, beliau memerintahkan untuk menutupi bagian sekitar kemaluannya. Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’dy rahimahullah, ulama besar dari Saudi Arabia, pernah ditanya apakah seorang istri yang haid atau nifas berhak mendapat pembagian giliran atau tidak. Beliau rahimahullah menyatakan bahwa pendapat yang benar adalah bagi istri yang haid berhak mendapat giliran dan bagi istri yang sedang nifas tidak berhak mendapat giliran. Karena itulah yang berlaku dalam adat kebiasaan dan kebanyakan wanita di saat nifas sangat senang bila tidak mendapat giliran dari suaminya.

C. Tidak boleh keluar dari rumah istri yang mendapat giliran menuju rumah yang lain

Seorang suami tidak boleh keluar untuk menuju rumah istri yang lain yang bukan gilirannya pada malam hari kecuali keadaan darurat. Larangan ini disimpulkan dari hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim yang menceritakan bahwa ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam di rumah Aisyah Radhiyallahu 'Anha, tidak lama setelah beliau berbaring, beliau bangkit dan keluar rumah menuju kuburan Baqi sebagaimana diperintahkan oleh Jibril alaihi wa sallam. Aisyah Radhiyallahu 'Anha kemudian mengikuti beliau karena menduga bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam akan pergi ke rumah istri yang lain. Ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pulang dan mendapatkan Aisyah Radhiyallahu 'Anha dalam keadaan terengah-engah, beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bertanya kepada Aisyah Radhiyallahu 'Anha, “Apakah Engkau menyangka Allah dan Rasul-Nya akan berbuat tidak adil kepadamu?” Imam Ibnu Qudamah Rahimahullah menyatakan tidak dibolehkannya masuk rumah istri yang lain di malam hari kecuali darurat, misalnya si istri sedang sakit. Jika suami menginap di rumah istri yang bukan gilirannya tersebut, maka dia harus mengganti hak istri yang gilirannya diambil malam itu. Apabila tidak menginap, maka tidak perlu menggantinya. Syaikh Abdurrahman Nashir As Sa’dy rahimahullah pernah ditanya tentang hukum menginap di rumah salah satu dari istrinya yang tidak pada waktu gilirannya. Beliau rahimahullah menjawab bahwa dalam hal tersebut dikembalikan kepada ‘urf, yaitu kebiasaan yang dianggap wajar oleh daerah setempat. Jika mendatangi salah satu istri tidak pada waktu gilirannya, baik waktu siang atau malam tidak dianggap suatu kezaliman dan ketidakadilan, maka hal tersebut tidak apa-apa. Dalam hal tersebut, urf sebagai penentu karena masalah tersebut tidak ada dalilnya.

D. Batasan Malam Pertama

Setelah Pernikahan Imam Bukhari meriwayatkan dari Anas Radhiyallahu 'Anhu bahwa termasuk sunnah bila seseorang menikah dengan gadis, suami menginap selama tujuh hari, jika menikah dengan janda, ia menginap selama tiga hari. Setelah itu barulah ia menggilir istri-istri yang lain. Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan bahwa Ummu Salamah Radhiyallahu 'Anha mengkhabarkan bahwa ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menikahinya, beliau menginap bersamanya selama tiga hari dan beliau bersabda kepada Ummu Salamah, “Hal ini aku lakukan bukan sebagai penghinaan kepada keluargamu. Bila memang engkau mau, aku akan menginap bersamamu selama tujuh hari, namun aku pun akan menggilir istri-istriku yang lain selama tujuh hari.”

E. Wajib menyamakan nafkah

Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri-sendiri, hal ini berkonsekuensi bahwa mereka makan sendiri-sendiri, namun bila istri-istri tersebut ingin berkumpul untuk makan bersama dengan keridhaan mereka maka tidak apa-apa. Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa bersikap adil dalam nafkah dan pakaian menurut pendapat yang kuat, merupakan suatu kewajiban bagi seorang suami. Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu mengabarkan bahwa Ummu Sulaim mengutusnya menemui Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dengan membawa kurma sebagai hadiah untuk beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Kemudian kurma tersebut untuk dibagi-bagikan kepada istri-istri beliau segenggam-segenggam. Bahkan ada keterangan yang dibawakan oleh Jarir bahwa ada seseorang yang berpoligami menyamakan nafkah untuk istri-istrinya sampai-sampai makanan atau gandum yang tidak bisa ditakar / ditimbang karena terlalu sedikit, beliau tetap membaginya tangan pertangan.

F. Undian ketika safar

Bila seorang suami hendak melakukan safar dan tidak membawa semua istrinya, maka ia harus mengundi untuk menentukan siapa yang akan menyertainya dalam safar tersebut. Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan bahwa kebiasaan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bila hendak safar, beliau mengundi di antara para istrinya, siapa yang akan diajak dalam safar tersebut. Imam Ibnu Qudamah menyatakan bahwa seoarang yang safar dan membawa semua istrinya atau menginggalkan semua istrinya, maka tidak memerlukan undian. Jika suami membawa lebih dari satu istrinya, maka ia harus menyamakan giliran sebagaimana ia menyamakan diantara mereka ketika tidak dalam keadaan safar.

G. Tidak wajib menyamakan cinta dan jima’ di antara para istri

Seorang suami tidak dibebankan kewajiban untuk menyamakan cinta dan jima’ di antara para istrinya. Yang wajib bagi dia memberikan giliran kepada istri-istrinya secara adil. Ayat “Dan kamu sekali-kali tiadak dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin demikian” ditafsirkan oleh Ibnu Katsir rahimahullah bahwa manusia tidak akan sanggup bersikap adil di antara istri-istri dari seluruh segi. Sekalipun pembagian malam demi malam dapat terjadi, akan tetapi tetap saja ada perbedaan dalam rasa cinta, syahwat, dan jima’. Ayat ini turun pada Aisyah Radhiyallahu 'Anha. Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam sangat mencintainya melebihi istri-istri yang lain. Beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam berkata, “Ya Allah inilah pembagianku yang aku mampu, maka janganlah engkaucela aku pada apa yang Engkau miliki dan tidak aku miliki, yaitu hati.” Muhammad bin Sirrin pernah menanyakan ayat tersebut kepada Ubaidah, dan dijawab bahwa maksud surat An Nisaa’ ayat 29 tersebut dalam masalah cinta dan bersetubuh. Abu Bakar bin Arabiy menyatakan bahwa adil dalam masalah cinta diluar kesanggupan seseorang. Cinta merupakan anugerah dari Allah dan berada dalam tangan-Nya, begitu juga dengan bersetubuh, terkadang bergairah dengan istri yang satu namun terkadang tidak. Hal ini diperbolehkan asal bukan disengaja, sebab berada diluar kemampuan seseorang. Ibnul Qoyyim rahimahullah menyatakan bahwa tidak wajib bagi suami untuk menyamakan cinta diantara istri-istrinya, karena cinta merupakan perkara yang tidak dapat dikuasai. Aisyah Radhiyallahu 'Anha merupakan istri yang paling dicintai Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Dari sini dapat diambil pemahaman bahwa suami tidak wajib menyamakan para istri dalam masalah jima’ karena jima’ terjadi karena adanya cinta dan kecondongan. Dan perkara cinta berada di tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala, Zat yang membolak-balikkan hati. Jika seorang suami meninggalkan jima’ karena tidak adanya pendorong ke arah sana, maka suami tersebut dimaafkan.

Menurut Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, bila dimungkinkan untuk menyamakan dalam masalah jima, maka hal tersebut lebih baik, utama, dan lebih mendekati sikap adil. Penulis Fiqh Sunnah menyarankan; meskipun demikian, hendaknya seoarang suami memenuhi kebutuhan jima istrinya sesuai kadar kemampuannya. Imam al Jashshaash rahimahullah dalam Ahkam Al Qur’an menyatakan bahwa, “Dijadikan sebagian hak istri adalah menyembunyikan perasaan lebih mencintai salah satu istri terhadap istri yang lain.” Saran Seorang suami yang hendak melakukan poligami hendaknya melihat kemampuan pada dirinya sendiri, jangan sampai pahala yang dinginkan ketika melakukan poligami malah berbalik dengan dosa dan kerugian. Dalam sebuah hadits disebutkan (yang artinya) “Barangsiapa yang mempunyai dua istri, lalu ia lebih condong kepada salah satunya dibandingkan dengan yang lain, maka pada hari Kiamat akan datang dalam keadaan salah satu pundaknya lumpuh miring sebelah.” (HR. Lima) Allahu A’lam; Semoga bermanfaat

Dibalik Kemilau Hiasanmu

Di Balik Kemilau HiasanmuMengenakan perhiasan bagi wanita merupakan sesuatu yang sangat lazim. Masalahnya, tak semua perhiasan yang jamak dikenal di masyarakat yang mencocoki syariat.

أَوَمَنْ يُنَشَّؤُ فِي الْحِلْيَةِ وَهُوَ فِي الْخِصَامِ غَيْرُ مُبْيِنٍ

"Apakah patut (menjadi anak Allah) orang (wanita) yang dibesarkan dalam keadaan beperhiasan, sedang dia tidak dapat memberi alasan yang jelas dalam pertengkaran." (Az-Zukhruf: 18) Kenyataan menunjukkan, wanita memang senang berhias sebagaimana firman Allah dalam ayat yang mulia di atas. Islam pun datang menetapkan aturan, mana perhiasan yang boleh dikenakan dan mana yang terlarang.

Untuk perhiasan pada wajah telah disinggung pada edisi sebelumnya. Bahasan kali ini merupakan kelanjutannya.Berbagai jenis dan bentuk perhiasanDibolehkan bagi wanita untuk memakai berbagai jenis perhiasan, baik yang terbuat dari emas, perak, mutiara atau yang lainnya. Sama saja apakah perhiasan itu diletakkan di telinga, tangan, ataupun kakinya. Hal ini bisa diketahui di antaranya dari hadits-hadits yang mulia berikut ini:Jabir bin Abdillah radhiallahu anhuma bertutur: “Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat mengimami manusia pada hari Iedul Fithri, kemudian beliau berkhutbah. Setelah itu beliau mendatangi tempat wanita untuk memberikan peringatan dan nasehat kepada mereka dalam keadaan beliau bersandar pada tangan Bilal. Beliau mendorong mereka untuk bersedekah. Bilal pun membentangkan bajunya untuk menadah sedekah tersebut.” Ibnu Juraij yang mendengar hadits ini dari 'Atha, rawi yang menyampaikan riwayat dari Jabir, bertanya: “Apakah yang mereka berikan itu zakat Iedul Fithri?”. “Bukan”, kata Atha. "Tetapi itu adalah sedekah mereka pada hari tersebut,” lanjutnya. "Para wanita itu melemparkan cincin-cincin mereka dan perhiasan lainnya sebagai sedekah." (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 978 dan Muslim no. 885) Dalam riwayat Ibnu 'Abbas radhiallahu anhuma disebutkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى يَوْمَ الْعِيْدِ رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهُما وَلاَ بَعْدَهُما, ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ وَمَعَهُ بِلاَلٌ فَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدقَةِ, فَجَعَلَتِ الْمَرْأَةُ تُلقِي قُرُطَهُنَّ.

“Nabi shallallahu alaihi wasallam shalat Ied dua rakaat dan tidak melaksanakan shalat sunnah sebelum dan sesudahnya. Kemudian beliau mendatangi para wanita dengan ditemani Bilal. Maka beliau memerintahkan mereka untuk bersedekah. Mendengar anjuran tersebut, mulailah wanita yang hadir melemparkan anting-antingnya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5883 dan Muslim no. 884)

'Aisyah radhiallahu anha pernah meminjam kalung milik saudara perempuannya, Asma bintu Abi Bakar, untuk berhias di depan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Kalung ini kemudian jatuh dari 'Aisyah dalam satu safar (perjalanan)-nya bersama Rasulullah, dan dicari oleh para shahabat hingga mereka tertahan di tempat yang tidak ada air sementara mereka hendak shalat. Dari peristiwa ini, turun syariat tayammum dalam Al Qur’an surat Al-Maidah. (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 336, 5882 dan Muslim no. 367)Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah mendapat hadiah dari raja Najasyi berupa perhiasan, di antaranya ada cincin emas bertahtakan batu permata Habasyi. Beliau mengambilnya kemudian memanggil cucunya Umamah putrinya Zainab. Lalu beliau berkata: "Berhiaslah dengan cincin ini wahai cucuku." (HR. Abu Dawud no. 3697, dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami'ush Shahih, 4/312)
Dalam kitab Shahih-nya, Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah membuat bab khusus yang berjudul "Cincin bagi wanita", dan beliau menyatakan bahwa 'Aisyah mengenakan cincin-cincin emas. (Shahih Al-Bukhari dengan Fathul Bari, 10/342)

Berkata Al-Imam An-Nawawi rahimahullah: “Kaum wanita diperkenankan memakai sutera dan seluruh jenisnya, sebagaimana dibolehkan bagi mereka memakai cincin emas dan seluruh perhiasan dari emas, demikian pula dari perak. Sama saja apakah wanita itu sudah menikah atau belum, masih muda atau sudah tua, kaya ataupun miskin.” (Syarah Shahih Muslim, 14/32)

Beliau juga menyatakan bahwa kaum muslimin bersepakat tentang bolehnya wanita memakai cincin emas. (Syarah Shahih Muslim,14/65)Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (2/324) berkata: “Dibolehkan bagi wanita mengenakan perhiasan dari emas, perak dan permata dengan bentuk yang biasa mereka kenakan, misalnya gelang tangan, gelang kaki, anting-anting dan cincin. Termasuk pula perhiasan yang dikenakan di wajah-wajah mereka, di leher, di tangan, di kaki, di telinga mereka dan selainnya. Adapun perhiasan yang menurut kebiasaan mereka tidak lazim dipakai seperti sabuk dan semisalnya dari perhiasan laki-laki, maka diharamkan bagi wanita memakainya.”

Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa perhiasan emas dan perak boleh dipakai wanita dengan kesepakatan ulama. (Majmu' Fatawa, 25/64)Selain emas, perak dan batu-batu mulia seperti berlian dan lainnya, wanita dibolehkan pula memakai perhiasan dari mutiara (al-lu'lu'). Allah ta`ala berfirman:

وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُوْنَ لَحْماً طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوْنَ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَا

"Dan dari masing-masing laut itu (yang airnya tawar maupun yang asin), kalian dapat memakan daging yang segar dan kalian dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kalian pakai." (Fathir: 12)

Ibnu Hazm berkata: "Tidak ada perhiasan yang dikeluarkan dari laut kecuali mutiara. Maka dari ayat Al Qur'an di atas, ada penetapan halalnya mutiara ini bagi lelaki maupun wanita." (Al-Muhalla, 9/246)Di jari mana diletakkan cincin?'Ali radhiallahu anhu berkata:

نَهاَنِي رَسُوْلُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَتَخَتَّمَ فِي إِصْبَعِي هَذِهِ أَوْ هَذِهِ. قَال: فَأَوْمَأَ ِإلىَ الْوُسْطَى وَالَّتِي تَلِيْهَا

“Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melarangku memakai cincin di jariku ini atau yang ini”, sambil mengisyaratkan jari tengah dan jari setelahnya (jari telunjuk). (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5874 dan Muslim no. 2078)Larangan yang disebutkan dalam hadits 'Ali di atas berlaku bagi laki-laki sementara bagi wanita tidak diterapkan larangan demikian, karena itu Al-Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: "Kaum muslimin sepakat, sunnah bagi laki-laki mengenakan cincin di jari kelingkingnya sedangkan wanita boleh memakai cincin di seluruh jarinya (Syarah Shahih Muslim, 14/71)Melubangi daun telinga Dalam masalah kebolehan wanita melubangi daun telinganya untuk menggantungkan anting-anting, diperselisihkan oleh ulama.

Dalam Ash-Shahihain disebutkan, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menekankan para wanita untuk bersedekah, ada di antara mereka yang menyedekahkan anting-antingnya . Hadits ini cukuplah sebagai dalil tentang bolehnya wanita memakai anting-anting. Al-Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah berkata: “Dibolehkan melubangi daun telinga anak perempuan dalam rangka berhias, demikian dinyatakan oleh Al-Imam Ahmad. Sedangkan untuk anak laki-laki beliau membencinya. Perbedaan keduanya adalah perempuan butuh akan perhiasan sehingga ada kemaslahatan melubangi daun telinganya. Berbeda halnya dengan anak laki-laki".

Beliau juga menyatakan bila ada yang berkata: Allah subhanahu wa ta'ala mengabarkan tentang musuhnya Iblis yang pernah menyatakan:

وَلآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ اْلأَنْعَامِ

"Dan sungguh aku akan memerintahkan mereka hingga mereka benar-benar akan memotong telinga-telinga hewan ternak mereka." (An-Nisa: 119)Ini menunjukkan bahwa memotong telinga, membelah dan melubanginya merupakan perintah setan. Maka dijawab, bahwa qiyas ini termasuk qiyas yang paling rusak. Karena mereka yang diperintah oleh setan untuk memotong telinga hewan mereka dengan ketentuan bila seekor unta betina telah beranak sebanyak lima kali, kemudian bunting lagi untuk ke-6 kalinya dan ternyata yang lahir adalah jantan, merekapun membelah telinga unta betina tersebut.

Dan mereka juga mengharamkan untuk ditunggangi serta diambil manfaatnya, tidak boleh dihalau dari sumber air yang sedang diminumnya, tidak pula dari tanaman. Mereka mengistilahkannya dengan bahirah. Setan mensyariatkan untuk mereka dengan satu syariat dari sisinya. Jika demikian, bagaimana bisa dibandingkan dengan perbuatan melubangi daun telinga anak perempuan untuk diletakkan perhiasan yang dibolehkan oleh Allah? Adapun melubangi telinga anak laki-laki maka tidak ada kemaslahatan padanya, baik dari sisi agama maupun dunia, karena itu tidaklah diperkenankan." (Tuhfatul Maudud bi Ahkamil Maulud, hal. 178-179)

Minyak wangiWangi yang semerbak memberi nuansa tersendiri, melapangkan dada, dan menyenangkan hati. Sehingga wajar bila setiap insan menyukainya, termasuk Rasul kita yang mulia shallallahu 'alaihi wasallam. Anas bin Malik radhiallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda:

حُبِّبَ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا النِّسَاءُ وَالطِّيْبُ وَجَعَلَ قُرَّةَ عَيْنِيْ فِي الصَّلاَةِ

"Wanita dan minyak wangi dijadikan sebagai kecintaanku dari dunia ini dan shalat dijadikan sebagai penyejuk mataku." (HR. Ahmad, 3/128. Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Ash-Shahihul Musnad Mimma Laisa fish Shahihain, 1/82)Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri tidak pernah menolak bila diberikan wewangian (Shahih, HR. Al-Bukhari no. 5929). Beliau menyatakan kepada shahabatnya:

مَنْ عُرِضَ عَلَيْهِ رَيْحَانٌ فَلاَ يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ خَفِيْفُ الْمَحْمَلِ طَيِّبُ الرِّيْحِ

"Siapa yang ditawari raihan (minyak wangi) maka janganlah ia menolak, karena raihan ini ringan dibawa dan aromanya wangi." (Shahih, HR. Muslim no. 2253)Hadits ini menunjukkan dimakruhkannya menolak tawaran berupa minyak wangi terkecuali bila seseorang memiliki udzur hingga ia terpaksa menolaknya, demikian dinyatakan Al-Imam An-Nawawi rahimahullah. (Syarah Shahih Muslim, 15/10)Seorang shahabat dari kalangan Anshar mengabarkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

ثَلاَثٌ حَقٌّ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ: الْغُسْلُ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَالسِّوَاكُ وَيَمُسُّ مِنْ طِيْبٍ إِنْ وَجَدَ

"Tiga perkara yang seharusnya dilakukan oleh seorang muslim yaitu mandi pada hari Jum`at, bersiwak, dan menyentuh (memakai) winyak wangi jika didapatkan." (HR. Ahmad 4/34, dishahihkan Syaikh Muqbil dalam Al Jami`ush Shahih, 4/309) Seorang wanita juga disukai untuk selalu menebarkan keharuman dari tubuhnya di hadapan sang suami. Sehingga sepantasnya kalau ia selalu memakai minyak wangi atau yang semisalnya dari wewangian yang diperkenankan. Adapun perbedaan antara minyak wangi laki-laki dengan minyak wangi wanita, disebutkan beritanya dari Anas radhiallahu 'anhu. Ia berkata: "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepadaku:

إِنَّ طِيْبَ الرِّجَالِ مَا ظَهَرَ رِيْحُهُ وَخَفِيَ لَوْنُهُ وَطِيْبُ النِّسَاءِ مَا ظَهَرَ لَوْنُهُ وَخَفِيَ رِيْحُهُ

"Minyak wangi laki-laki adalah yang tercium jelas baunya dan tidak tampak (samar) warnanya. Sedangkan minyak wangi wanita adalah yang tampak warnanya dan tersembunyi baunya." (HR. Al Bazzar dalam Kasyful Astar, 3/376, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami`ush Shahih, 4/308)Berkata Al-Munawi rahimahullah dalam Faidhul Qadir (3/284): "Sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam:

طِيْبُ النِّسَاءِ مَا ظَهَرَ لَوْنُهُ وَخَفِيَ رِيْحُهُ

yaitu tampak warnanya dan tersembunyi baunya dari laki-laki yang bukan mahram, seperti za'faran." Berkata Al-Baghawi dalam karyanya Syarhus Sunnah: "Sa'ad menyatakan: 'Aku berpandangan, mereka membawa pengertian sabda Nabi (طِيْبُ النِّسَاءِ)
ini apabila si wanita hendak keluar rumah. Adapun bila ia berada di sisi suaminya maka ia boleh memakai minyak wangi/ wewangian apa saja yang diinginkan." Dalam syariat yang mulia ini, diharamkan bagi wanita bila tercium wanginya oleh laki-laki selain mahramnya. Bahkan wanita yang memakai wewangian kemudian sengaja melewati sekelompok lelaki yang bukan mahramnya dikatakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sebagai wanita pezina.

كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ. وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا

"Setiap mata itu berzina . Bila seorang wanita memakai wewangian kemudian ia melewati majelis laki-laki (yang bukan mahramnya) maka wanita itu begini dan begitu." (HR. At-Tirmidzi no. 2937, dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, no. 2237)
Dalam riwayat Ahmad (4/414) disebutkan:

"Wanita mana saja yang memakai wangi-wangian, kemudian ia melewati satu kaum agar mereka mencium wanginya, maka wanita itu pezina." (Dihasankan oleh Asy-Syaikh Muqbil dalam Al-Jami'ush Shahih, 4/311) Mengapa si wanita disebut demikian? Karena ia mengobarkan syahwat lelaki dengan aroma yang berasal dari wewangian yang dipakainya. Sehingga mereka terpancing untuk memandangnya. Bila demikian, si lelaki menjadi berzina dengan kedua matanya dan si wanitalah penyebabnya, maka ia berdosa. Demikian kata Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi (8/58). Karena itu Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang wanita yang ingin ikut shalat berjamaah di masjid untuk memakai minyak wangi sebagaimana sabdanya:

إِذَا شَهِدَتْ إِحْدَاكُنَّ الْعِشَاءَ فَلاَ تَطَيَّبْ تِلْكَ اللَّيْلَةََََََ

“Apabila salah seorang dari kalian (para wanita) ingin ikut shalat 'Isya berjamaah (di masjid), maka janganlah ia memakai minyak wangi pada malam itu.” (Shahih, HR. Muslim no. 443)
Pun beliau melarang wanita yang terlanjur memakai wewangian untuk hadir dalam shalat berjamaah di masjid.

أَيُّمَا امْرَأَةٍ أَصَابَتْ بَخُوْرًا فَلاَ تَشْهَدْ مَعَنَا الْعِشَاءَ الآخِرَةَ

“Wanita siapa saja yang memakai wewangian maka jangan ia hadir bersama kami dalam shalat 'Isya.” (Shahih, HR. Muslim no. 444) Semua aturan yang agung ini ditetapkan untuk menutup pintu fitnah, agar kaum lelaki tidak terfitnah dengan wanita dan demikian juga sebaliknya.
Demikian apa yang dapat kami susun untuk pembaca, semoga Allah menjadikannya bermanfaat. Wallahu ta`ala a`lam bish-shawab.

Generasi Keledai

ARDATH makin popular di kalangan remaja. Bukan merk rokok, tapi akronim 'Aku rela ditiduri asal tidak hamil.'Setiap orang - terlebih remajanya - memang mesti gaul. Sebab kita adalah 'mahluk gaul'. Dalam istilah sosiologi, Aristoteles menyebutnya zoon politicon. Meskipun secara bahasa, kamu-kamu juga pasti ada yang tahu kalau zoon politicon itu sebetulnya lebih tepat diartikan sebagai 'hewan gaul' daripada 'mahluk gaul'.Apa pun istilahnya, yang penting kita jangan seperti hewan dalam bergaul. Iya kan?

Sebab, menurut Plato manusia memiliki jiwa rohaniah yang tidak dimiliki hewan (Gerungan, 1996 : 5). Jiwa rohaniah berfungsi untuk menemukan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan ini. Sedangkan Imam Al Ghazali mengatakan, pengetahuan manusia tentang kebenaran tergantung sepenuhnya pada sesuatu yang berada di luar akal manusia. Yaitu sesuatu yang lebih tinggi daripada akal. Dalilnya adalah firman Allah, "Kebenaran itu datang dari Tuhanmu (Allah SWT), maka janganiah kamu termasuk orang-orang yang ragu." (QS. Al Baqarah : 147)Hati-hati

Bergaul Intinya, kita kudu hati-hati dalam bergaul. Tidak setiap gaul itu baik. Jangan lantaran takut disebut kuper atau nggak gaul, kita lalu kebablasan. Sebab, ada saja yang terjerumus ke hal-hal negatif bahkan menyesatkan gara-gara salah gaul. Entah karena faktor ikut-ikutan (imitasi), kena pengaruh (sugesti), keliru mengidentifikasi, atau karena faktor lainnya.Oleh karena itu, ungkap L.Kohlberg, alasan moral (moral reasoning) harus senantiasa melandasi setiap sikap dan perilaku.

Lewat penalaran moral, termasuk di dalamnya pertimbangan nilai-nilai agama, seseorang akan berpikir positif untuk menentukan pilihan yang terbaik.Berdasarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam suatu pergaulan, maka secara garis besar ada gaul yang islami, ada juga gaul yang tidak islami. Gaul yang tidak islami itu bisa berbau jahiliah, musyrik, ateis, dan 'bau-bau' lainnya - emangnya enak jadi orang 'bau', iya nggak!Celakanya lagi, meniru-niru gaul yang tidak islami, kita pun bisa digolongkan seperti mereka. Kan hadis Nabi SAW menyatakan, "Jika seseorang meniru-niru suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." Bisa gawat, dong.NgetrenTren, atau ngetren telah menjadi bagian dari gaul yang sarat imitasi, terutama peniruan nilai-nilai budaya Barat.

Mengikuti tren tertentu dianggap gengsi, sehingga tren jadi ukuran dalarn bergaul, berikut segala perilaku dan penampilan yang menyertainya. Mulai dari gaya berbusana (fesyen), gaya bersenang-senang (fun), hingga perilaku makah-minurn (food). Untuk mudahnya, sebut saja Tiga F'.Repotnya, karena dicekoki tren, seringkali membuat orang lepas dari etika, moral, bahkan lepas dari nilai-nilai agama. Tren dalam fesyen, misalnya, kalau nggak ketat, ya transparan atau buka-bukaan mengekspose aurat (terutama aurat perempuan), padahal memperlihatkan aurat dalam agama kita dianggap sudah ketinggalan zaman karena yang begitu itu adalah 'gaya hidup primitif, kalau tidak hendak dikatakan, maaf, tradisi bina plus...tang. Jelas kan, mana yang sejatinya kuno mana yang modern."....Sesungguhnya perempuan itu, apabila sudah baligh, tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan 'ini' dan 'ini'," kata Nabi kita sembari menunjuk muka dan teiapak tangannya.. (HR. Abu Daud)Masih banyak hadis lain, tapi itu saja dulu lah.Ada pula tren cowok meniru busana cewek, cewek meniru busana laki-laki. Katanya, unisex. Inipun jelas-jelas kebli-nger. Kata Nabi, "Laknat Allah kepada iaki-laki yang meniru perempuan, dan perempuan yang meniru laki-laki." (HR. Bukhari)Kita beralih ke soal fun. Paling banyak ditandai pacaran, pergi ke (atau mangkal di) tempat-tempat hiburan. Pacaran sekarang cenderung mengarah pada zina (ngeseks), sedangkan di tempat-tempat hiburan seringkali terjadi ngedrink, nge-drug, dan ngegambling.

Jadi sudah sangat jelas penyimpangannya dari moral atau nilai-nilai agama.Allah memperingatkan, "Kalian telah terlena oleh melimpahnya kesenangan, sehingga tibalah saatnya kalian di tepi jurang." (QS At Takatsur : 1-2)"Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir dan mereka memandang hina orang-orang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat..." (QS Al Baqarah : 212)PacaranDari pacaran yang dikira bagian dari 'gaji!', timbullah gejala sosial di kalangan rernaja. Nggak peduli di kota ataupun di desa.

Orang yang tidak senang pacaran dianggap tidak laku, tidak gaul, atau kuper. Walah, walaaah.... Ada-ada saja, ya !Salah satu gejala negatifnya ialah adanya berbagai perilaku yang menjadikan pacar sebagai suatu kebanggaan pergaulan. Ada semacam ajang pamer pacar. Entah di sekolah, di kampus, di mall, di tempat hiburan, di pesta atau di tempat lainnya."Gimana Bob! Kece nggak cewek gua," bisik Coy pada temannya. "Boleh juga. Trus, gimana dengan cewek gua," balik si Bob, juga berbisik."Kalau wajah, jelas kalah sama cewek gua. Tapi soal bodi, gua akuin deh, cewek lu lebih bahenol."Walah! Pacar itu barang, kali !?Karena pacaran dianggap 'gaul', dan untuk mendapatkan pengakuan sebagai 'anak gaul', banyak remaja yang belum punya pacar cepat-cepat nyari pacar.

Lingkungan gaulnya pun ngumpul bareng bersama pacar.Sekolah atau kampus menjadi ajang pacaran. Sepulang sekolah atau kuliah, kembali pacaran. Bahkan pada saat-saat lainnya, ada agenda wakuncar, apel mingguan, dan seterusnya. Begitu banyak waktu tersita untuk pacaran, menyebabkan pelajaran, kuliah dan hal-hal penting lainnya menjadi terabaikan. Padahal dana untuk pacaran diperoleh dari hasil 'unik' (usaha nipu kolot = orang tua). Sebab umumnya mereka belum bisa cari duit sendiri.Premarital sexYang lebih gawat dan bikin repot keluarga adalah sinyalemen Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa, bahwa pacaran mengarah atau mendorong terjadinya hubungan seks di luar nikah (premarital sex), membuat kepribadian remaja menjadi labil, pelajaran terganggu karena konsentrasi sering terhambat oleh lamunan atau khayalan sex (Singgih, 1993:94) Apalagi, bila premarital sex itu menyebabkan kehamilan. Nah, lho !Seks di luar nikah merupakan kegagalan seorang remaja mengendalikan diri sehingga menjadi budak hawa nafsu birahi, budak setan.

Meskipun dalihnya, 'atas nama cinta'. Gombal!Kehamilan di kalangan remaja putri, ternyata bukan cerita baru. Menurut data dr Biran Afandi di Jakarta, selama 1987 saja sudah terdapat 284 remaja putri yang hamil di luar nikah. (Assalam, Oktober 2002). Tuh, kan?Belakangan, remaja sekarang katanya makin 'pinter'. Tapi, pinter yang keblinger. Mereka sudah mengenal aiat-alat kontrasepsi, seperti kondom, pil dan suntik anti kehamilan, termasuk hubungan seks dengan cara rythm method (pantang berkala). "Biar nggak hamil," katanya. Begitulah kalau sudah berprinsip ARDATH: Aku Rela Ditiduri Asal Tidak Hamil. Trus, biar asal tidak dosa-nya, gimana ?Simak dong firman Allah, "Dan janganlah kamu dekati zina (mengarah ke berbuat zina, seperti berpandang-pandangan, berdua-duaan, bergandengan, dan seterusnya), sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk." (QS Al Isra : 32)Antara enak dan halal.Setelah fesyen dan fun, maka F yang ketiga adalah food (makanan-minuman). Ternyata masih ada saja remaja kita rnerasa bahwa makan di KFC, Pizza Hut, Wendys, McDonald, dan fast food ala Barat lainnya, merupakan tren dan bergengsi, tanpa mempedulikan kehalalannya.

Sedangkan makan di warteg dianggapnya, yaa...kampungan lah.Betapa noraknya kita ! Di Amrik, tempat-tempat makan seperti itu masuk kategori rendahan. Apalagi menurut ahli gizi di Amerika sendiri, ada fast food atau makanan ala Amrik yang dianggap garbage food, alias 'makanan sampah’. Sebab, kandungan gizinya sangat tidak sesuai dengan standar gizi yang sehat untuk tubuh.Boleh-boleh saja kita menikmati jenis makanan-minuman yang 'bermerek dunia'. Namun sebagai muslim, kita tetap harus memperhatikan halal-haramnya.

Lebih baik kita makan ala kadarnya tapi lengkap unsur gizi, protein dan seratnya serta jelas kehalalannya, tidak subhat.Ingat, Allah telah mengingatkan kita, "...Makanlah sebagian dari makanan yang ada di bumi yang halal dan baik - halalan thayyiban - dan jangan ikuti perilaku setan, karena setan itu musuh yang nyata bagimu." (QS Al Baqarah ; 168)Nah, remaja muslim tinggal memilih mau jadi "generasi rabbani' sesuai tuntunan Ilahi, atau mau jadi 'generasi keledai' seperti disebut dalam Al Quran surah Al Jumu'ah ayat 5, "...ibarat keledai.... Itulah seburuk-buruk perumpamaan bagi mereka yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim."

Jodoh dan Kedewasaan Kita

Jodoh adalah problema serius, terutama bagi para Muslimah. Kemana pun mereka melangkah, pertanyaan-pertanyaan "kreatif" tiada henti membayangi.

Kapan aku menikah? Aku rindu seorang pendamping, namun siapa? Aku iri melihat wanita muda menggendong bayi, kapan giliranku dipanggil ibu? Aku jadi ragu, benarkah aku punya jodoh? Atau jangan-jangan Tuhan berlaku tidak adil? Jodoh serasa ringan diucap, tapi rumit dalam realita. Kebanyakan orang ketika berbicara soal jodoh selalu bertolak dari sebuah gambaran ideal tentang kehidupan rumah tangga.

Otomatis dia lalu berpikir serius tentang kriteria calon idaman. Nah, di sinilah segala sedu-sedan pembicaraan soal jodoh itu berawal. Pada mulanya, kriteria calon hanya menjadi 'bagian masalah', namun kemudian justru menjadi inti permasalahan itu sendiri. Di sini orang berlomba mengajukan "standardisasi" calon: wajah rupawan, berpendidikan tinggi, wawasan luas, orang tua kaya, profesi mapan, latar belakang keluarga harmonis, dan tentu saja kualitas keshalihan. Ketika ditanya, haruskah seideal itu? Jawabnya ringan, "Apa salahnya? Ikhtiar tidak apa, kan?" Memang, ada juga jawaban lain, "Saya tidak pernah menuntut. Yang penting bagi saya calon yang shalih saja." Sayangnya, jawaban itu diucapkan ketika gurat-gurat keriput mulai menghiasi wajah. Dulu ketika masih fresh, sekadar senyum pun mahal.

Tidak ada satu pun dalih, bahwa peluang jodoh lebih cepat didapatkan oleh mereka yang memiliki sifat superior (serbaunggul). Memperhitungkan kriteria calon memang sesuai sunnah, namun kriteria tidak pernah menjadi penentu sulit atau mudahnya orang menikah. Pengalaman riil di lapangan kerap kali menjungkirbalikkan prasangka-prasangka kita selama ini. Jodoh, jika direnungkan, sebenarnya lebih bergantung pada kedewasaan kita.

Banyak orang merintih pilu, menghiba dalam doa, memohon kemurahan Allah, sekaligus menuntut keadilan-Nya. Namun prestasi terbaik mereka hanya sebatas menuntut, tidak tampak bukti kesungguhan untuk menjemput kehidupan rumah tangga. Mereka bayangkan kehidupan rumah tangga itu indah, bahkan lebih indah dari film-film picisan ala bintang India, Sahrukh Khan. Mereka tidak memandang bahwa kehidupan keluarga adalah arena perjuangan, penuh liku dan ujian, dibutuhkan napas kesabaran panjang, kadang kegetiran mampir susul-menyusul. Mereka hanya siap menjadi raja atau ratu, tidak pernah menyiapkan diri untuk berletih-letih membina keluarga.

Kehidupan keluarga tidak berbeda dengan kehidupan individu, hanya dalam soal ujian dan beban jauh lebih berat. Jika seseorang masih single, lalu dibuai penyakit malas dan manja, kehidupan keluarga macam apa yang dia impikan? Pendidikan, lingkungan, dan media membesarkan generasi muda kita menjadi manusia-manusia yang rapuh. Mereka sangat pakar dalam memahami sebuah gambar kehidupan yang ideal, namun lemah nyali ketika didesak untuk meraih keidealan itu dengan pengorbanan. Jika harus ideal, mereka menuntut orang lain yang menyediakannya. Adapun mereka cukup ongkang-ongkang kaki. Kesulitan itu pada akhirnya kita ciptakan sendiri, bukan dari siapa pun.

Bagaimana mungkin Allah akan memberi nikmat jodoh, jika kita tidak pernah siap untuk itu? "Tidaklah Allah membebani seseorang melainkan sekadar sesuai kesanggupannya." (QS Al Baqarah, 286). Di balik fenomena "telat nikah" sebenarnya ada bukti-bukti kasih sayang Allah SWT. Ketika sifat kedewasaan telah menjadi jiwa, jodoh itu akan datang tanpa harus dirintihkan. Kala itu hati seseorang telah bulat utuh, siap menerima realita kehidupan rumah tangga, manis atau getirnya, dengan lapang dada. Jangan pernah lagi bertanya, mana jodohku? Namun bertanyalah, sudah dewasakah aku?

Kenapa kau tutup matamu ketika tidur?

Kenapa kamu menutup mata ketika kamu tidur? Kenapa Kamu menutup mata ketika kamu menangis? Kenapa Kamu menutup mata Ketika kamu membayangkan?

Ini karena hal yang terindah di dunia TIDAK TERLIHAT, Sayang… Kamu Aneh… dan Aku Aneh… Kita semua yang hidup itu aneh … dan semakin banyak kamu berfikir kamu akan semakin menemukan keanehan itu, Dan ketika kamu menemukan seseorang yang terasa aneh seiring sejalan dengan kamu, kamu telah menemukan sesuatu yang aneh pula… ya keanehan yang membuat kamu terus bertanya, yang dinamakan CINTA

Ada hal-hal yang tidak ingin kamu lepaskan Sayang … Dan orang-orang yang tidak ingin kamu tinggalkan …Tapi ingatlah … melepaskannya BUKAN akhir dari dunia… melainkan awal suatu kehidupan baru

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis, mereka yang tersakiti, mereka yang… terluka, merana dan entah apa lagi sebutan untuk semua keanehan itu

Mereka dan diantaranya kamu mencari dan terus mencari keanehan itu … dan mereka diantaranya kamu telah mencoba … karena MEREKALAH yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka … CINTA SEJATI itu milik DIA yang MAHA AGUNG.

Adalah ketika DIA memberi ampun dan MASIH mau peduli terhadap kamu …berarti Dia mencintaimu, maka CINTA Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.


Ilustrasi: Tidur /Karawangpost/Ketut Subiyanto/Pexels
Adalah ketika kamu tidak mempedulikan – NYA dan DIA Masih menunggumu menghadapnya dengan setia … sangat setia, maka CINTA Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.

Adalah ketika kamu mulai mencintai yang lain dan melupakan DIA dan DIA masih bisa tersenyum sembari tetap menyapamu setiap lima waktu bertanda DIA sayang banget padamu Dan CINTAnya bisa kamu jadikan teladan bagaimana kamu mencintai kehidupan dan segala yang berhubunganmu.

Apabila cinta tidak berhasil … DIA tidak apa-apa, DIA BEBAS, DIA Biarkan kembali melebarkan kasih sayangnya pada yang lain.

Ingatlah … bahwa Kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya tapi … ketika cinta itu mati … kamu TIDAK perlu mati bersamanya … seperti RABmu yang tetap mencintai walaupun tidak diperdulikan dan di duakan.

Orang terkuat BUKAN mereka yang selalu menang MELAINKAN mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh Entah bagaimana … dalam perjalanan kehidupan, kamu harus banyak belajar tentang CINTA SEJATI – NYA …dan sadarilah bahwa penyesalan tidak seharusnya ada, HANYALAH penghargaan abadi atas pilihan-pilihan dalam kehidupan yang telah DIA buat, dan TEMAN SEJATI akan selalu Mengerti ketika kamu berkata ‘Aku lupa …’ maka DIA tidak lupa bahkan selalu menunggu kapan kamu kembali kepada-NYA.

Maka Cinta Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?

Dia tetap menunggu selamanya ketika kamu berkata ‘Tunggu sebentar’Dia Tetap tinggal ketika kamu berkata ‘Tinggalkan aku sendiri…’Membuka pintu, meski kamu BELUM mengetuk dan berkata ‘Bolehkan saya masuk?

‘MENCINTAI ….BUKANlah bagaimana kamu melupakan … melainkan bagaimana kamu seperti DIA sekali lagi seperti DIA yang mencintai kamu. MEMAAFKAN… BUKANlah bagaimana kamu mendengarkan … melainkan bagaimana kamu seperti Dia.

“sekali lagi seperti DIA yang tetap mendengar curhatmu”

MENGERTI… BUKANlah apa yang kamu lihat … melainkan apa yang kamu rasakan sebagaimana DIA sangat merasakan beban penderitaan dan ikut meringankan beban itu.

MERASAKAN… BUKANlah bagaimana kamu melepaskan … melainkan bagaimana kamu bertahan, sebagaimana DIA tetap bertahan untuk selalu bersabar agar tidak menghukummu.

BERTAHAN… Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati dibandingkan menangis tersedu sedan. Air mata yang keluar dapat dihapus… sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang.

Dalam urusan cinta, kita SANGAT JARANG menang Sayang, Tapi ketika CINTA itu TULUS, meskipun kalah, kamu TETAP MENANG hanya karena kamu berbahagia dapat mencintai seseorang LEBIH dari dirimu sendiri sebagaimana DIA mencintaimu. Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang BUKAN karena orang berhenti mencintai kita, MELAINKAN karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia apabila kita melepaskannya.

sekali lagi bukan kah seperti sifat cinta-Nya kepada kita ? Apabila kamu benar-banar mencintai saudaramu, jangan lepaskan dia

Dan jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai MELAINKAN BERJUANGLAH demi cintamu Itulah CINTA SEJATI sebagaimana Cinta- Nya kepadamu Sayang.

Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan DARIPADA berjalan bersama orang yang ‘tersedia’. Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai DARIPADA orang yang berada disekelilingmu, bukan begitu Sayang ?

Lebih baik menunggu orang yang tepat karena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang dengan hanya dengan ‘seseorang’. Kadang kala, orang yang kamu cintai adalah orang yang PALING menyakiti hatimu dan kadang kala teman yang membawamu ke dalam pelukannya dan menangis bersamamu adalah cinta yang tidak kamu sadari.

Berikut pesanku tentang cinta sejati…

Dari bibir Penyair Musafir untukmu para Lelana Brata yang selalu bercita bertemu dengan cinta sejati, sesungguhnya dari sifat-sifat-NYA kamu dapat menemukan makna cinta sejati itu.

CINTA SEJATI DIA cinta padamu Sejak pertama Dia menciptakanmu.

Diam menghuni relung hati DIA tak pernah perduli, walau kamu tak peduli. Cinta yang tak selamanya bersatu.

DIA yang telah lama mencintaimu Kau palingkan wajah dari – NYA

Cinta sejati tak akan pernah mati, selalu akan menjadi perhiasan bagi para PECINTA SEJATI.

Ketulusan cinta – NYA, jalan hidup telah membuatmu Harus senantiasa bersama, Lewati segala suka duka Tiada cinta, bicara Cinta sejati tak akan pernah mati, Selalu akan menjadi perhiasan Bagi Ketulusan cinta ini, Dan kau selalu hanya diam membisu Meskipun engkau tahu Betapa dalam cintaku.

gsuu